Kalaupun harus ke kamar mandi
bukan sekedar untuk buang penyakit
tetapi merenungi nasib, sampai dahi mengernyit.
Mengenang tikustikus yang bercericit
dalam rindu yang jatuh-bangkit-jatuh-bangkit
Kini aku jauh dari kamar mandi
di tempat yang aku sendiri tidak mengerti
apakah itu masa lalu, masa depan, atau masa kini.
Seingatku ini pesisir lautan waktu
tempat aku terdampar dulu
bersama runerune sajakku
yang pernah kutata satu persatu
Setelah sekian lama
katakata bersporadis ria
mengejekku yang tenggelam dalam badai stagnasi
hingga terpaksa aku pura-pura mati.
sampai suatu hari:
kulihat seorang muchacha menembak rembulan dengan senyumnya.
Duatiga 01 04
Purnomo Setiawan
Label: Puisi, Purnomo Setiawan
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar