Di sebuah sudut mushola, senja melepas baju dinasnya. Digelarnya sajadah, dititipkan warna dan luka pada siluet pohon-pohon kelapa. Januari pasti datang, mengguyur do’a di ladang-ladang. Hujan sejenak numpang mandi, lalu bergegas menemani santri-santri mengaji. Selembar sarung, sebut saja: sepenggal kenangan, berkibar-kibar di malam purnama yang bercadar. Di bawahnya, seorang penyair: tempat duka dan lara mandi dan bersemedi, tenggelam dalam seember kopi merayu kata-kata yang ngambek minta cerai.
tak ada mimpi malam ini. samudra malam diarungi dengan berlembar-lembar simphoni ayat-ayat suci.

Hai penyair, masihkah tasbih itu selalu berputar teratur di tanganmu?
Ataukah sudah jadi pajangan pelengkap seragammu?
Masih suka mendengarkan dzikir-dzikir jangkrik
Tawa pecah menabrak dinding-dinding bilik
Sambil menunggu gurihnya lauk dan matangnya sayur
teman kita di waktu sahur

Dualapan 0805

Purnomo Setiawan

0 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda