M. Hasan Sanjuri

Di malam yang suram, embun menetes
kulihat ranting-ranting lembab
tak ada nyanyian
udara membisu
ada bulan terdiam dan cuacapun beku

di sebuah gang sempit tak bernama
di bawah lampu yang tak lagi terang cahayanya
perempuan tiba dengan wajah yang sia-sia
berusaha menyulam hidupnya di udara
sambil terbungkuk ia tersedu
terbayang cucunya yang akan lahir
dari rahim seorang janda tanpa lakinya

butir-butir embun membasahi luka
seperti sepotong kembang mekar di sudut jendela terbuka

dia sebut namaku dan anaknya
sebagai penzina bermahkota bianglala

“biarkan benih itu lahir tanpa ayah”
tuturnya di balik remang cahaya
“karena ia anak dunia”

(sesekali ia mengorek bisulnya
yang sekarat dan menerjemahkan
keputusasaan berkepanjangan)

di ranjang menanti selembar nafsu
dari nafas yang ditiup muda di jalanan
sementara benih itu
memukul-mukul dinding rahim ibunya

“biarkan benih itu lahir tanpa ayah”
teriaknya sekali lagi
bagai sepasang sayap merpati
mengipas-ngipas birahi

(suatu saat di sorga nanti anak itu akan bertanya pada Tuhannya)
“maukah Kau jadi ayahku”

2004

*Harlot: Pelacur

2 komentar:

San, mana dirimu? Kok gak nongol lagi ke rumahku?

2 April 2008 pukul 09.30  

halo sanjuri, ini Musthofa aldo,, gimana kabarmu, ini blogku, bumidoc.blogspot.com

6 Maret 2009 pukul 00.48  

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda