Purnomo Setiawan
Akhirnya Pengarang itu mati. Entah suri. Entah abadi. Setelah seharian memburu kata dari pedalaman hingga pucuk kota. Menambang di wajah rembulan, membuntuti matasenja, dan merumuskan gemericik hujan. Atau menyusuri loronglorong gelap paragraf dan alinea. Sambil sesekali menengok kamar mandi, siapa tahu ada kata yang tercecer, siapa tahu?, katakata kan datang tak mengenal waktu.
Sampai-sampai Pengarang itu tak menyadari, kalau sedari tadi ada tikus yang mengawasinya dari balik timbunan ensiklopedia. Dan dari cericitnya sepertinya hendak mengatakan: ck…ck…ck… Over Dosis oeuy!
Sementara pena di tangannya masih deras mengucurkan kalimatkalimat yang (katanya) bisa bikin orang terpikat, atau bahkan bikin orang sekarat dengan muka terlipat empat.
Duanol 12 03
Label: Puisi, Purnomo Setiawan
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
0 komentar:
Posting Komentar